Sejarah Desa


Pada zaman dahulu sebelum tahun 1800 Desa Mapur ini sudah ada penghuninya yakni bangsa China dan Suku Laut yang hal ini terlihat dari bukti peninggalan-peninggalan bangsa china yang ada berupa tanah dan kebun karet, bangsal – bangsal pembuatan gambir dan kapur serta pecahan keramik kuno China, tempayan dan kuburan-kuburan China lainnya dan peninggalan Suku laut berupa kuburan-kuburan suku laut dari bebatuan bauksit dan anak cucu mereka yang masih ada sampai saat ini. 

Setelah masuk tahun 1800 baru ada sekelompok suku melayu asal Belitung menggunakan perahu ( sampan ) yang datang untuk menyebarkan agama islam dan mereka datang untuk mengembangkan budaya melayu dan adat istiadat melayu serta membuka lahan untuk pertanian/ perkebunan yang sampai pada saat ini sisa-sisa peninggalannya berupa Pohon durian dan Mangga yg masih ada. 

Sehubungan dengan hal tersebut diatas mereka lalu mendarat disekitar pantai Kp. Belakang, Mentigi dan Kp. Nanyang yang berasal dari bahasa China yang artinya “ Berita ” oleh karena pada saat itu Kampung ini tempat bertemunya mereka untuk saling memberikan informasi, yang sampai pada saat ini kampung ini disebut “ NENDIANG” yang menjadi pusat perkampungan di Desa Mapur. Mereka mulai merintis daerah tersebut untuk mencari sumber penghidupan dan lama kelamaan mereka mendiami pulau ini ( Mapur ) hingga memperoleh keturunan. Setelah itu mereka mulai menebang hutan untuk dijadikan lahan pertanian kebun kelapa. 

Dari hasil kajian yang mereka dapatkan setelah mendiami pulau ini, mereka mulai memberi nama pulau ini dan pulau-pulau yang ada disekitarnya. Pulau Mapur mereka namakan dengan nama P. PANJANG karena bentuknya memanjang dari Barat hingga ke Timur. 

Kemudian di sebut dengan Pulau Mapur, yang konon asal katanya dari bahasa china yaitu MAIPOK ( Sumber informasi: Syahril al Thalib, mantan Kepala Desa di tahun 1978-2004 ).

Akan tetapi berbeda pula sumber-sumber lainnya, yakni asal mula Pulau Mapur adalah diambil dari nama anak Jenang Perkasa (Putra dari Raja Galang) dengan seorang wanita bernama putri pandan berduri ( anak dari Bhatin Lagoi di Pulau Bintan) yang memiliki 3 putra yakni :

Putra Sulung adalah Panglima Mantang ( yang menduduki Pulau Mantang / Kecamatan Mantang pada saat ini ).


Putra yang kedua adalah Panglima Mapoi ( yang menduduki Pulau Panjang / Desa Mapur atau Pulau yang diduduki oleh Panglima Mapoi ).

Putra yang bungsu adalah Panglima Kelong ( yang kemudian menduduki Pulau Kelong/ Desa Kelong pada saat ini ).

( Sumber informasi : Bapak. Alm.Saleh paye ( Orang tetua lama secara turun temurun mendiami Pulau ini sejak tahun 1800-an )  

Semenjak Pulau Panjang dihuni / dipimpin oleh Panglima Mapoi, maka orang dulu-dulu menyebutnya hendak ke Mapoi atau menuju Mapoi atau menuju kediaman Mapoi. Untuk nama Mapoi menjadi Mapur dikarenakan orang suku laut sukar menyebut huruf “R” sehingga disempurnakan Mapoi menjadi Mapur dan menjadi terbiasa bagi masyarakat yang bukan berasal dari suku laut menyebut kata “Mapoi” menjadi “Mapur” hingga sampai saat ini. 

Pada saat sebelum ORLA sampai ORBA, di Pulau Mapur sudah terbentuk Kepala Kampung - Kepala Kampung yang disebut Bathin dan selanjutnya disebut Penghulu dan disebut Kepala Desa sampai pada saat ini. 

Dalam menjalankan pemerintahan ditingkat desa, Kepala Kampung atau Kepala Desa dibantu oleh Rukun Keluarga ( RK ) pada jaman ORLA dan RT/RW pada masa kemudian hingga disaat ini, dan ada beberapa pergantian Kepala Kampung atau Kepala Desa menurut catatan dan cerita di Pulau Mapur antara lain : 

( Bathin Wali : Era Belanda 

( Bathin Awang Besar : Era Belanda 

( Bathin Muhammad : Era Belanda 

( Bathin Muhammad Jali : Era Belanda 

( Bathin Wahab : Era Belanda 

( Penghulu Mustafa Hadi : Tahun 1973 s/d 1978 

( Penghulu / Kades Syahril Al Thalib : Tahun 1978 s/d Th 2004 

( Kepala Desa Mhd. Syarif : Tahun 2004 s/d 2009 

( Pj. Kepala Desa Zainuddin : Tahun 2009 ( 6 bulan )

( Kepala Desa Mhd. Syarif : Tahun 2009 s/d 2015 

( Pj. Kepala Desa Sapari : Tahun 2015 s/d 2016 

( Kepala Desa Zuhfriadi : Tahun 2016 s/d 2022 

( Pj.Kepala Desa Riolan safitra : Tahun 2022 ( 6 Bulan ) 

( Kepala Desa Abdul Razak : Tahun 2022 s/d 2028

Potensi Desa


Lorem Ipsum is simply dummy text of the printing and typesetting industry. Lorem Ipsum has been the industry's standard dummy text ever since the 1500s, when an unknown printer took a galley of type and scrambled it to make a type specimen book.

It has survived not only five centuries, but also the leap into electronic typesetting, remaining essentially unchanged. There are many variations of passages of Lorem Ipsum available, but the majority have suffered alteration in some form, by injected humour, or randomised words which don't look even slightly believable. If you are going to use a passage of Lorem Ipsum, you need to be sure there isn't anything embarrassing hidden in the middle of text.